Jumat, 06 Mei 2011

Candi Tugu

Satu Batas daerah kekuasaan kerajaan besar Majapahit dan Pajajaran Sebagai sarana perdamaian dua kerajaan besar di tanah jawa yang berdampinan Padjajaran dengan cinta kasihnya Majapahit dengan hegemoni kekuasaannya...


Setelah Makam ada gang masuk....
Candii ini melalui gang ini...
(TANPA ADA PAPAN PETUNJUK---gmn nic pemkot smg??!!)
Candi Tugu ini berada pada Jalan Mangkang KM 11, sekitar 2 km dari IAIN Walisongo, arah Semarang Jakarta berada di sisi kanan jalan, atau beberapa ratus meter saja dari RSUD Tugurejo..  tepatnya di belakang makam. Apabila anda tertarik ke Candi Tugu ini, dari arah Kalibanteng ataupun dari terminal Mangkang sangat mudah dijangkau, kalau dari kalibanteng setelah RSUD Tugu maju lagi 200m, apabila di sebelah kanan makam, maka anda sudah sampai. cari saja tempat untuk memutarbalik....., Kalau dari terminal mangkang langsung saja berhenti di depan makam (jalan yang agak menikung) tepatnya Kuburan Lanji terletak di desa Jrakah Kecamatan Tugu Semarang. Hanya 200m dari jalan raya Jakarta-Semarang. dari Jauh sudah terlihat keberadaan Candi Tugu ini, karena terletak di bukit yang tinggi....menjulang-- Kesan magis, (merinding...) langsung terasa saat melewati jalan di samping makam ini, seperti cerita masyarakat sekitar yang berkembang memang makam ini keramat. Cerita yang turun temurun Makam Lanji ini merupakan makam kuno yang sudah ada sejak zaman majapahit-padjajaran, karena dulu merupakan tapal batas kedua kerajaan yang dimakamkan disini pun para punggawa perbatasan kedua kerajaan yang meninggal saat bertugas di tempat ini. 
        Pada sekitar tahun tujuh puluhan Kuburan Lanji dibongkar untuk pembangunan Pabrik Baja. Sehingga hampir semua tulang belulang dipindahkan. Sebagian ke makam Krajan Jrakah dan yang lainnya dimakam Pelem Kerep Utara. Nah saat pemindahan makam tersebut. Ternyata banyak makam yang tidak bisa dipindah karena masalah non tekhnis. Banyak kuburan yang tidak bisa dibongkar, sampai ada cerita tentang orang tua berjubah putih yang menunggui dan tidak ikhlas untuk dipindahkan.Mbah Lebe (Mbah Syamsudin) adalah perangkat desa Jrakah saat itu yang pernah diserahi tugas oleh almarhum pak H. Rabon Barokah Kepala Desa yang menjabat saat itu ketika proses pemindahan bila ada masalah diluar nalar menuturkan, saat penggalian beliau pernah menemukan beberapa logam kuning layaknya emas dibeberapa makam, seperti kembang pentul rambut, ikat lengat layaknya wayang orang dan lain sebagainya.
Jalan Masuk.... Candi Tugu
halaman candi tugu
Tidak ada tempat parkir disini, tapi ada rumah penduduk yang saat itu bersedia saya titipi parkir sepeda motor, dan tanpa diduga, ada 2 anak kecil yang minta uang parkir... kaget tapi agak lucu juga.... dasar preman junior, minta uang tapi alasan parkir.... (kok bisa?) lha wong buat parkir kok minta didepan bayarnya, suruh jagain ga mau, alasannya mow ngaji... ya sudah.... Rp. 1000,- untuk anak kecil itu...
Setelah kelar parkir motor.... Langsung tancap gas.... tidak sabar untuk 'eskplor' candi ini, disambut 65 anak tangga yang lumayang tinggi (tinggi satu anak tangga 20cm...
Membutuhkan energi ekstra + Sepadan dengan Pemandangan yang tersaji
saran saya untuk membawa bekal terutama air mineral.... (hehehe lumayan 'ngos-ngosan'...
Ada 5 bangunan, yang terpenting adalah Tugu Tapal batas ini, kemudian ada 1 candi utama, 2 candi pintu gerbang dan gua (tempat semedi)
Bagian 1. Watu Tugu, yang tingginya 2x orang dewasa ini, pada era penjajahan belanda, tahun 1938 (atas masukan Sejarawan J Knebel) diadakan pemugaran terhadap situs ini, lalu dibawah situs tersebut dan diletakan prasasti dengan tulisan belanda dan jawa dibawahnya. Dan tahun 80-an, candi ini kembali direnovasi oleh pemkot kota Semarang.... sayangnya saat ini candi ini mulai dilupakan!
Bagian 2. Pintu Gerbang Utara
 Setelah Berjuang cukup keras...(1 botol air mineral kandas) sampailah ke pintu gerbang Candi Tugu sebelah Selatan.... Kekecewaan ata apa yang terlihat langsung menyeruak.... banyak coretan coretan yang tidak bertanggungjawab. Vandalisme modern seakan menjadi budaya, siapapun yang kesini berebutan tidak mau ketinggalan untuk memberikan coretan,.... padahal apa yang di hasilkan dari coretan itu? kenangan? BODOH kalau orang berpikir demikian, yang diakibatkan tentunya adalah Ketidaknyamanan....Candi yang seharusnya menjadi warisan budaya malah menjadi sarana ekspresi ugal-ugalan.... sangat disayangkan perilaku masyarakat kita.....
Kapan ya ada bersih candi Tugu....Pingin Ikut....

Pemandangan dari sini cukup mengagumkan,
sayangnya terganggu tangan tangan  bodoh  tak berguna
Bagian 3. Pintu Gerbang Barat
Uang mengalahkan Segalanya...
Keindahan yang tertumpas oleh kekuasaan
Lebih Tragis...... atas nama kapitalisme, atas nama uang Candi ini dikorbankan, siapapun pemilik tanan di sebelah candi tugu (siapa lagi kalo bukan Pemkot Semarang? kalo memang milik pribadi kenapa tdk di bebaskan untuk kepentingan budaya dan wisata????!!!!), bagaimana tidak.... disebelahnya adalah warisan budaya, sejarah yang bernilai tinggi, di eksploitasi untuk ..pengambilan dan pemecahan batu....
Ironi ditengah perkembangan jaman.....
Kalau melihat kemampuan Pemkot Semarang mengelola Sam Poo Koong.... cukup berhasil, walaupun peran tidak sepenuhnya, akan tetapi saya pikir pemkot juga bisa memaksimalkan potensi sejarah yang ada di candi tugu untuk wisata budaya...
Belum ada 5 menit, sudah terlihat polusi debu yang dihasilkan pabrik pengeruk uang disebelah candi ini, belum lagi polusi suara yang dibunyikan mesin pemecah suara. Kamera yang saya bawa juga bayak menempel debu, 
Masih Diamkah kita??????


Bagian 4. Goa 
Di sebelah timur, candi ada Goa yang dijadikan tempat untuk berSemedi. Kesan tidak terawat langsung terlihat, banyak coret-coretan di dinding goa. Kadang -kadang, Jika Malam jumat kliwon/Malam suro tempat ini masih sering digunakan untuk tempat beribadah, dengnan banyak ditemukannya sisa-sisa pembakaran kemenyan. 


  Bagian 6. Candi Utama

Bila anda telah sampai lokasi situs melalui pintu utara dari arah makam maka perasaan akan bercampur aduk. Indahnya lokasi situs, anggunya bangunan, suasana dan hawa magis menyengat menjadi satu. Watu/ batu tugu bertengger dipondasi prasasti Kolonial berada disebelah paling barat, atau paling depan bila lewat pintu barat. Pondasi prasati sebelah selatan berhurufkan Jawa (Hanacaraka). Sedang bagian timur berbahasa Belanda. Disebelah Watu/ Batu Tugu bertengger Candi Hindu hasil pugaran Pemerintah kota Semarang diawal tahun delapan puluhan. Candi menghadap arah barat menyongsong datangnya sinar matahari tersebut terlihat indah dengan ornamen pahatan batu berbentuk kepala naga pada tangga naik. Pada kanan dan kiri pintu masuk candi ada pahatan dewa-dewi. Dinding utara, barat dan 


selatan juga dihiasi ornament/ pahatan para dewa. Tercium bau kemenyan dan bunga pada dalam candi. Menurut warga sekitar, pada hari-hari tertentu biasanya digunakan untuk ritual kepercayaan oleh orang luar daerah dengan pakaian jubah putih dan kuning ala Saolin.
Arca berbentuk Gajah
Dengan kondisi yang memprihatinkan, Bagian Kepala dibawa oleh tangan penjahat yang tidak beradab....
Tempat  dupa/kemenyan
 Tulisan -tulisan ini menunjukkan orang yang pernah kesini tidak menghardai peradaban manusia...
Sambutan di Pintu Gerbang Candi Tugu....Butho



Beristirahat melepas penat, ditempat ini terasa nyaman, semilir angin yang  sejuk, pemandangan indah terbentang di depan mata, pantai, gunung dan segala aktifitas di jalan raya terlihat disini.....
Sampai ketemu di Tempat tempat lain yang   menyimpan seni budaya leluhur bangsa kita....
wassalam.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar